Selasa, 28 April 2015

Memetik Untung Perkebunan PT Astra Agro Lestari Tbk



PT Astra Agro Lestari Tbk merupakan perusahaan multinasional yang bergerak di bidang perkebunan yang berpusat di Jakarta. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1989 ini menghasilkan berbagai macam bahan perkebunan. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) ini merupakan produsen kelapa sawit terbesar di Indonesia yang telah memenuhi berbagai segmen pasar, baik di dalam dan luar negeri. Perusahaan ini memperluas cakupan bisnisnya dengan merangkul induk perusahaannya yakni PT Astra International Tbk yang memutuskan untuk menciptakan bisnis baru di sektor perkebunan singkong dan karet. Di samping itu, karena bisnis kelapa sawit terlihat sangat menjanjikan di pasaran membuat AALI mencoba peruntungan untuk lebih fokus dalam pengembangan bisnis kelapa sawit.

Pada tahun 1984, management bersama PT Tunggal Perkasa Plantations yang telah memiliki lebih dari 15.000 hektar perkebunan kelapa sawit yang terletak di Riau, Sumatera bekerja dalam pertumbuhan produksi kelapa sawit. Beberapa tahun kemudian, pada 1988 PT Astra International Tbk memutuskan untuk membentuk bisnis kelapa sawit terbaru yang berlabel PT Suryaraya Cakrawala untuk lebih memperkokoh kedudukan industri ini. Selanjutnya, pada tahun 1989 perusahaan ini kembali berubah nama menjadi PT Astra Agro Niaga yang pada akhirnya bersama PT Suryaraya Bahtera merger membentuk perusahaan baru bernama PT Astra Agro Lestari pada tahun 1997.

Sejak Desember 1997, perusahaan ini telah berhasil masuk dalam daftar saham di Bursa Efek Jakarta dengan kepemilikan saham publik sebesar 20,3%. Setelah mengalami merger, akuisisi dan mengalami beberapa perkembangan, PT Astra Agro Lestari Tbk berhasil membukukan total aset sebesar Rp. 12,42 triliun pada akhir 2012. Hingga sekarang, perusahaan ini telah mempekerjakan lebih dari 28.109 orang karyawan yang bertanggungjawab untuk mengelola lebih dari 272.994 hektar perkebunan kelapa sawit yang tersebar di Sumatera, Kalimantan dan sulawesi. Salah satu bentuk prestasi yang ditorehkan AAIL adalah berhasil mendapatkan sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) pada tanggal 8 Maret 2013.
Kinerja keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk cukup menggembirakan sepanjang semester pertama 2014. Perseroan mampu mencatatkan kenaikan laba sekitar 91 persen menjadi Rp 1,34 triliun Dengan komitmen dan dedikasi yang tinggi terhadap perkembangan kelapa sawit Indonesia, AAIL ke depannya diharapkan bisa menjaga eksistensinya sebagai perusahaan sektor perkebunan yang paling produktif dan inovatif di dunia.
Sumber:

Selasa, 16 Desember 2014

Ringkasan Jurnal : DESAIN KEMASAN KARUNG YANG OPTIMAL UNTUK PENGEMAS BAHAN CURAH

Judul : DESAIN KEMASAN KARUNG YANG OPTIMAL UNTUK PENGEMAS BAHAN CURAH
Penulis : Lusi Zafriana
Fakultas Teknik Industri Universitas Kartini (UNKAR) Surabaya
Link Sumber : http://ejournal.umm.ac.id/index.php/industri/article/viewFile/570/590

ABSTRAK
Banyak material dalam jumlah besar seperti semen, garam, dan berbagai produk konsumsi primer menggunakan pengemasan tas plastik dari polypropylene. Karena ukuran pengemasan sangat bergantung pada kerapian jenis material, maka diperlukan optimalisasi desain dari ukuran ukuran tas plastik berdasarkan jenis material (kerapatan jumlah besar) dan bobot kerapian produk. Aplikasi algoritma matematik sederhana, di mana ukuran volume karung akan dirubah menjadi bobot jumlah material, maka optimisasi dari panjang dan lebar karung akan sesuai dengan berat jenis material yang diisikan ke dalam pengemasan dapat ditentukan. Menggunakan metode trial error, nilai l (lebar) dan p (panjang) tas plastik, maka dapat diperkirakan tas plastic dapat menampung material seberat m kilogram.

Kata Kunci: ukuran optimal, bobot isi, bobot curah

PENDAHULUAN
Bahan-bahan curah di sekitar kita, seperti beras, garam hingga bahan-bahan seperti semen, dan lainlain biasa dikemas dalam wadah karung plastik. Karung plastik ini biasanya dibuat dari bahan polipropilen, yaitu sejenis polimer yang tersusun atas monomer-monomer propilen. Karung dari bahan ini bisa dibuat dalam bentuk karung film ataupun karung woven (anyaman). Pada penelitian ini akan diungkap suatu cara untuk menghitung dimensi karung yang optimal disesuaikan dengan jenis bahan yang akan diisikan. Dalam hal ini bulk density dari bahan akan menjadi penentu dimensi tersebut. Dengan rumusan yang diperoleh maka penetapan ukuran karung untuk kemasan bahan curah tertentu, di mana selama ini belum diketahui ukuran karungnya, bisa dilakukan secara mudah dan cepat.

METODE
Dalam mendesain kemasan karung yang optimal, maka dibutuhkan rumus perhitungan dimensi karung. Yang menyebabkan penentuan dimensi karung menjadi sulit ialah karena karung hanya punya dua ukuran, yaitu lebar dan panjang saja. Tidak ada parameter tebal karung, sehingga volume karung tidak bisa dihitung dengan rumus volume biasa.

HASIL DAN PEMBAHASANSetelah V dan R dihitung, masih dibutuhkan bulk density bahan yang akan dikemas. Produsen karung perlu mengidentifikasi berapa kg berat satu liter bahan tersebut, sehingga: Bulk density, Bd = berat (kg) dari 1 liter bahan. Bulk density dalam kasus ini bisa dianalogkan dengan volume alat transpor material handling sebagaimana logika perhitungan Vosniakos (1989). Dengan rumus yang diperoleh, dicoba-coba nilai l dan p sedemikian sehingga karung akan mampu memuat bahan seberat m kg. Sebagai contoh, bila diinginkan mendisain karung untuk mengemas beras kering 20 kg dengan Bd ≈ 0,8 kg/liter, maka menggunakan Algoritma, di mana karung dengan lebar 43 cm dan panjang 75 cm cukup untuk mengemas beras 20 kg.

SIMPULAN
Dimensi karung (lebar dan panjang) yang sesuai sebagai pengemas suatu bahan dengan berat tertentu bisa ditentukan dengan perhitungan matematis dengan menghitung nilai volume bahan (p × l) yang akan dikemas dan disesuaikan dengan bulk density dari bahan yang dikemas untuk menentukan berat optimal yang bisa dimuat karung tersebut. Dengan perhitungan volume (p × l) yang dikonversikan pada ukuran berat maksimal yang bisa ditampung karung, maka desain kemasan karung yang dibuat akan mampu mengakomodasi volume maksimal tanpa merusak karung akibat beban berlebih.

Ringkasan Jurnal : ANALISIS PERBAIKAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL

Judul: ANALISIS PERBAIKAN KONDISI LINGKUNGAN KERJATERHADAP BEBAN KERJA  MENTAL
Penulis : SRI RAHAYUNINGSIH
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Kadiri
Link Sumber : http://ejournal.umm.ac.id/index.php/industri/article/view/2081

ABSTRAK
Kondisi lingkungan kerja yang baik akan menunjang pekerja dalam melakukan kerja yang maksimal. Faktor-faktor seperti temperatur, kebisingan, dan vibrasi dapat meningkatkan tekanan psikologis pekerja dan memengaruhi kinerja pekerja. PR Rezeki Abadi merupakan perusahaan rokok yang menggunakan tenaga manusia dalam menjalankan produksinya mulai dari proses pencampuran bahan–bahan dasar   (tembakau ,saos dan cengkeh) sampai dengan proses finishing. Berdasarkan hasil pengukuran, temperatur dan tingkat kebisingan pada bagian pencampuran lebih tinggi dari kondisi normal sehingga operator di bagian pencampuran merasakan beban psikologis yang tinggi dan sering melakukan kesalahan pada proses pencampuran.

Kata kunci: beban kerja mental, lingkungan kerja, pengukuran subjektif, SWAT 

PENDAHULUAN
Kondisi lingkungan kerja adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja. Kondisi lingkungan kerja yang baik akan menunjang karyawan dalam melakukan kerja yang maksimal. Faktor-faktor seperti temperatur, kebisingan, vibrasi, dan ketenangan dapat secara langsung memengaruhi kinerja tugas ketika mereka bekerja, hal ini disebabkan beban tekanan psikologis pekerja yang meningkat. Beban Rahayuningsih: Analisis perbaikan kondisi lingkungan kerja 81 tekanan psikologis mengacu pada kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya kebingungan, frustasi yang terkait dengan kinerja tugas, sehingga membuat penyelesaian tugas menjadi lebih sulit untuk dilaksanakan (Purwaningsih dan Sugiyanto, 2007) Tekanan psikologis yang semakin tinggi akan menyebabkan beban kerja mental yang dirasakan oleh pekerja semakin meningkat.

METODE
Data-data yang dikumpulkan untuk menjawab permasalahan di bagian pencampuran PR Rezeki Abadi sebagai berikut:
a. Beban Kerja
 Beban kerja operator akan diukur dengan metode Subjective Workload Assessment Technique (SWAT), di mana operator diminta untuk mengurutkan kartu SWAT yang berjumlah 27 kartu berdasarkan subjektivitas mereka.
b. Kondisi Lingkungan Kerja
 Kondisi lingkungan kerja yang diamati adalah temperatur dan kebisingan, sehingga dilakukan pengukuran  untuk mengetahui kondisi lingkungan kerja di bagian pencampuran yang ada saat ini. Pengukuran temperatur dilakukan dengan menggunakan termometer dan kebisingan dengan menggunakan digital sound level meter.

HASIL DAN PEMBAHASAN
PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL
Setelah dilakukan perbaikan kondisi lingkungan kerja, beban kerja setiap operator mengalami penurunan dari kategori berat menjadi ringan pada kedua elemen pekerjaan yang ada. Pada elemen pekerjaan pencampuran komposisi tembakau, rata-rata skala beban kerja sebesar 76,733 pada kondisi awal lingkungan kerja dan sebesar 33,56 setelah dilakukan perbaikan kondisi lingkungan kerja atau dengan kata lain terjadi penurunan beban kerja sebesar 76,29%. Elemen pekerjaan berikutnya di bagian pencampuran adalah pencampuran komposisi cengkeh. Hasil pengukuran beban kerja dengan metode SWAT memberikan skala sebesar 63,3 pada kondisi awal dan 26,56 setelah dilakukan perbaikan kerja atau dengan kata lain terjadi penurunan beban kerja sebesar 62,88%.

SIMPULAN
Kondisi lingkungan kerja menjadi lebih baik dan lebih nyaman dengan adanya penambahan blower dan penggunaan earplug (penutup telinga) sehingga dapat menurunkan beban kerja operator di bagian pencampuran tembakau PR Rezeki Abadi. Berdasarkan pengukuran beban kerja dengan metode SWAT, rata-rata beban kerja operator pencampuran tembakau sebelum dilakukan perbaikan kondisi lingkungan kerja termasuk dalam kategori berat. Setelah dilakukan perbaikan kondisi lingkungan kerja, rata-rata skala beban kerja di bawah 40 sehingga beban kerja termasuk dalam kategori ringan.

Ringkasan Jurnal : ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN PERALATAN PRODUKSI TERHADAP KINERJA KARYAWAN

Judul : ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN PERALATAN PRODUKSI TERHADAP KINERJA KARYAWAN
Penulis : Heri Mujayin Kholik DAN Dimas Adji Krishna
Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Malang
Link Sumber : http://ejournal.umm.ac.id/index.php/industri/article/viewFile/1185/1281

ABSTRAK
Penggunaan mesin dan alat kerja yang mendukung proses produksi berpotensi menimbulkan suara kebisingan. Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga mengganggu atau  membahayakan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh tingkat kebisingan terhadap kinerja karyawan.

Kata kunci: kebisingan, peralatan produksi, regresi linier sederhana, kinerja karyawan , regresi linier sederhana,
 
PENDAHULUAN
Alat kerja dan mesin-mesin yang digunakan pada aktivitas kerja berpotensi menimbulkan suara bising. Hal ini berdampak negatif terhadap para pekerja yang berada di area tersebut, yang mendengarkan kebisingan selama jam kerja berlangsung setiap harinya. Apabila tidak diperhatikan akan berdampak pada kesehatan para pekerja sehingga berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Mangkunegara (2000) menyatakan kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kualitas yang dimaksud adalah kehalusan, kebersihan dan ketelitian dari segi hasil pekerjaan. Sedangkan kuantitas diukur dari jumlah pekerjaan yang diselesaikan karyawan. Selain itu kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu. Sehingga kinerja tersebut merupakan hasil keterkaitan antara usaha, kemampuan dan deskripsi pekerjaan. Kinerja karyawan akan menurun apabila terganggu kesehatannya dan merasa tidak aman dalam bekerja.

METODE
Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung dan kuesioner kepada pekerja di beberapa titik sampling. Pengolahan data servasi langsung dan kuesioner kepada pekerja di beberapa titik sampling. Pengolahan data menggunakan ujI t test untuk mengetahui tingkat kebisingan dan analisis regresi linier sederhana untuk mengetahui pengaruh tingkat kebisingan terhadap kinerja karyawan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengukuran tingkat kebisingan, kemudian dilakukan perhitungan dengan uji t untuk mengetahui tingkat kebisingan yang ada diperusahaan untuk dibandingkan dengan standar kebisingan yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebesar 85 dB (A). Nilai rata-rata pada hasil pengolahan data menunjukkan bahwa rata-rata pengukuran kebisingan di area kerja Power Plant II sebesar 98,599 dB

SIMPULAN
Dari pengolahan data yang telah dilakukan dengan menggunakan uji t maka dapat ditarik kesimpulan bahwa level kebisingan di area kerja Power Plant II menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu sebesar 98,599 dB. Sedangkan NAB yang telah ditetapkan oleh pemerintah untuk area kerja (Industri) adalah sebesar 85 dB. Hasil analisis regresi menunjukkan diperoleh t hitung sebesar 10,227 lebih besar dibandingkan t tabel sebesar 2,013. Nilai signifikansi juga diperoleh t hitung sebesar 10,227 lebih besar dibandingkan t tabel sebesar 2,013. Nilai signifikansi juga sebesar 0 lebih kecil dibandingkan a sebesar 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa kebisingan di area kerja Power Plant II. Hasil ini menunjukkan bahwa kebisingan di area kerja Power Plant II berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan.


Ringkasan Jurnal : ANALISA PERILAKU KONSUMEN DAN NILAI KOMIK JEPANG

Judul : ANALISA PERILAKU KONSUMEN DAN NILAI KOMIK JEPANG
Penulis : DJUDIYAH
Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
Link Sumber : http://ejournal.umm.ac.id/index.php/industri/article/viewFile/657/680


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan menjelaskan motivasi dan macam-macam nilai dari Komik Jepang. Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Subyek pada penelitian adalah 35 siswa Sekolah Menengah Pertama di Malang, dimana digunakan teknik sampling insidental. Instrumen untuk mengumpulkan data adalah kuesioner. Metode analisa data adalah deskriptif kuantitatif. Hasil pertama dari penelitian ini adalah faktor motivasinya adalah kebutuhan sosial, kebutuhan egoistik, aktualisasi diri dan kebutuhan rasa aman. Kedua, nilai dari komik jepang adalah gambar dan bahasa yang digunakan dalam komik jepang mudah dimengerti, topiknya bervarias dan kebanyakan sama dengan budaya Indonesia dan kadang ceritanya lebih realistik dan harganya lebih murah dibanding komik Amerika.

Kata kunci: perilaku konsumen, nilai, komik jepang

PENDAHUUANNilai atau value juga merupakan aspek penting yang dapat membuat konsumen puas serta loyal atau
setia terhadap produk atau jasa. Nilai atau value diartikan sebagai selisih antara nilai pelanggan total dan biaya pelanggan total. Nilai pelanggan total merupakan sekumpulan manfaat yang diharapkan oleh pelanggan dari produk atau jasa tertentu. Biaya total pelanggan adalah sekumpulan biaya yang diharapkan oleh konsumen yang dikeluarkan untuk mengevaluasi, mendapatkan, menggunakan dan membuang produk atau jasa (Kotler, 2000). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produk atau jasa yang memberikan nilai lebih akan membuat konsumen puas dan dapat membuat konsumen loyal terhadap produk atau jasa. Salah satu alasan mengapa komik menjadi populer akhir-akhir ini adalah karena pengaruh TV (Johannsson dan Nonka, 1998). TV dianggap sebagai media gambar yang utama (Schiffman dan Kanuk, 2000) yang dapat berpengaruh pada perilaku konsumen. Acaraacara TV banyak menayangkan film-film kartun yang banyak digemari anak-anak maupun remaja, Misalnya Shinchan, Samurai X dan Spongebob. Cerita yang ada di film-film kartun ini juga banya kesamaan atau kemiripan dengan cerita-cerita yang ada di komik, khususnya komik Jepang sehingga anak-anak juga suka membaca komik Jepang. Menurut Polay, et al. (1996) ada beberapa alasan mengapa sensitivitas advertensi lebih berpengaruh pada anak-anak muda bila dibandingkan dengan orang dewasa, salah satu alasan tersebut adalah pembentukan identitas dan perhatian advertensi pada remaja adalah untuk membentuk identitas diri, yang menyebabkan remaja yang berumur belasan memperhatikan pengaruh advertensi dan peergroupnya terhadap cue yang berhubungan dengan simbol-simbol kedewasaan dan penerimaan orang lain. Remaja belasan juga lebih mampu menerima image yang romantis, sukses, mengagumkan, popular dan adventurir, dimana hal ini akan dicapai dengan cara mengkonsumsi rokok. Ditambahkan Loudon dan Bitta bahwa remaja belasan, banyak mengalami ketidak menentuan dan menyebabkan mereka ingin untuk menemukan indentitas dirinya. Mereka akan aktif mencari cue dari peernya dan dari advertensi sebelum mereka berperilaku. Mereka menjadi tertarik pada bermacam-macam produk yang dapat mengekspresikan kebutuhan mereka untuk eksperimen, belonging, independent, bertanggung jawab dan disukai orang lain (Solomon, 1999).

Editor komik PT. Indira Publishing yang mengungkapkan bahwa kehadiran komik-komik Jepang seperti: Doraemon, Kungfu Boy ataupu Sailor Moon ternyata mampu mengalihkan perhatian anak-anak dari komik asing lain seperti Tin-tin atau Lucky Luke (Republika, 24 Agustus, 1997). Anakanak menjadi lebih menyukai komik Jepang dari pada komik-komik asing lainnya. Demikian besar konsumen komik Jepang ini, sehingga sebuah majalah anak-anak yang cukup populerpun harus memuat komik Jepang agar laku (Kompas, 5 Pebruari 1998). Komik Jepang pada akhirnya merajalela. Setiap hari selalu ada saja pengunjung yang menekuni rak-rak komik di toko Buku Gramedia Malang yang nyaris semua berasal dari Jepang. Sementara banyak anak dan remaja lain yang dengan setia pergi ke perpustakaan atau taman-taman bacaan terdekat untuk membaca komik Jepang tersebut. Hal ini tidak saja terjadi di Indonesia, menurut Koh (1999) remaja
belasan di bangkok, Singapore, dan negara-negara lain banyak mengkoleksi komik Jepang. Kenyataan ini menimbulkan pentanyaan, mengapa anak-anak dan remaja sangat menyukai komik Jepang bila dibandingkan dengan komik yang berasal dari Eropa, Amerika maupun dari Indonesia sendiri (lokal).

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui motivasi serta nilai (value) lebih yang dipersepsikan dan dirasakan oleh remaja ketika mereka menyewa, membaca, membeli ataupun mengkoleksi komik Jepang. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SLTP yang menjadi pelanggan persewaan komik ”Tumapel Agency” di Singosari Malang. Sampel penelitian ini berjumlah 35 orang yang diambil dengan teknik Incidental Sampling. Metode pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. 

HASIL DAN PEMBAHASAN]
Hasil analisis data menemukan bahwa motivasi siswa mengkonsumsi komik Jepang adalah untuk memenuhi kebutuhan sosial (social needs). Hal ini sesuai dengan tugas perkembangan remaja adalah mampu menjalin hubungan interpersonal dengan orang-orang disekitarnya. Hubungan interpersonal ini merupakan sarana bagi remaja untuk menemukan jati diri atau identitas diri remaja (Hurlock, 1992). Komik dapat dijadikan topik pembicaraan yang sangat menarik bagi remaja, apalagi jika remaja memiliki kesamaan topik komik yang dibacanya. Hal ini akan membuat hubungan interpersonal diantara mereka akan semakin erat karena memiliki kesukaan yang sama (Feldman, 1999).

SIMPULAN
Perilaku siswa membaca komik Jepang dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhan sosial atau kebutuhan untuk diterima oleh teman-temannya terutama peer groupnya, kebutuhan egoistik ata kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan, kebutuhan aktualisasi diri serta kebutuhan akan rasa aman dari teman-temannya. Value lebih yang dimiliki oleh komik Jepang adalah gambar maupun bahasa yang disajikan mudah di cerna. Topik yang ditawarkan lebih bervariasi dan tidak jauh berbeda dengan dogeng ataupun cerita yang ada di Indonesia.


Minggu, 14 Desember 2014

Ringkasan Jurnal : ANALISA KELAYAKAN INVESTASI PERBAIKAN SARANA PRODUKSI PADA HOME INDUSTRI KERUPUK BAWANG

Judul : ANALISA KELAYAKAN INVESTASI PERBAIKAN SARANA PRODUKSI PADA HOME INDUSTRI KERUPUK BAWANG
Penulis : Herdiana Dyah Susanti
Sumber : http://ejournal.umm.ac.id/index.php/industri/article/viewFile/641/664

ABSTRAK
Kerupuk bawang mempunyai keunikan yaitu adonan setengah matangnya yang kenyal dan sulit dipotong tipis-tipis,hasil potongan bisa bagus hanya dengan menggunakan slicer. Para pelaku home industry banyak yang mengeluh bahwa keuntungan hasil produksi mereka tidak dapat maksimal karena kendala proses pemotongan yang masih tradisional. Oleh karena itu perlu perbaikan sarana produksi pada proses tersebut untuk meningkatkan kapasitas produksi kerupuk bawang. Ditinjau dari aspek teknik juga dinilai layak karena output yang dihasilkan dengan menggunakan mesin potong yang baru lebih besar dari output menggunakan pisau konvensional.Output pisau konvensional = 60 Kg per hari dan mesin potong  kerupuk yang baru = 100 Kg per hari. Begitu juga dari aspek keuangan dinilai layak karena dengan mesin potong yang baru diperoleh NPV Rp. 514.604.751, IRR 65,88%, dan DPP 2 tahun 11 bulan. Penggantian  sarana produksi pada proses pemotongan layak karena jumlah penghasilan yang diperoleh lebih besar dibandingkan biaya untuk investasi program dengan ROI sebesar 1, 44.

PENDAHULUAN
Salah satu home industry yang saat ini terus berkembang dan persaingannya semakin ketat adalah home industry kerupuk, khususnya kerupuk bawang. Kerupuk bawang ini mempunyai keunikan yaitu adonan setengah matangnya yang kenyal dan sulit dipotong tipis-tipis, hasil potongan bisa bagus hanya dengan menggunakan slicer. UD. Kalirejo merupakan salah satu home industry yang hanya bisa menghasilkan 10 kg kerupuk bawang setiap harinya. Hal ini disebabkan proses pemotongan yang dilakukan di UD. Kalirejo masih menggunakan pisau tradisional sehingga memakan waktu lama. Kondisi ini menyebabkan output yang dihasilkan tidak bisa maksimal, biaya yang tinggi dan keuntungan yang dihasilkan juga tidak dapat maksimal.  Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan sarana produksi untuk peningkatan kapasitas produksi dan melakukan studi kelayakan dengan menganalisis aspek pasar, teknis, dan keuangan.

METODE
Tahapan penelitian dimulai dari melakukan studi kelayakan dari aspek pasar untuk mencari pasar potensial (PP) dan mencari pangsa pasar UD. Kalirejo. Penentuan pasar potensial bertujuan untuk memperoleh jumlah total kebutuhan pasar sasaran, sedangkan penentuan pangsa pasar UD. Kalirejo bertujuan untuk mengetahui sisa pasar potensial yang dapat menjadi peluang bagi UD. Kalirejo (Ibrahim, 1998). Selanjutnya memperbaiki proses produksi dengan dengan merancang mesin alternatif pemotong kerupuk yang baru. Berdasarkan usulan tersebut, melakukan studi kelayakan dari aspek teknik dengan menganalisa output yang dihasilkan dari mesin alternatif pemotong kerupuk dan pisau tangan konvensional dengan menggunakan metode time study (Wignyosoebroto, 1992

Setelah dilakukan studi kelayakan teknik maka dilanjutkan dengan studi kelayakan dari aspek ekonomi dengan membandingkan MARR dan IRR (Suad dan Suwarsono, 2000). Rate of Return merupakan tingkat perolehan dari suatu kegiatan ekonomi atau usaha yang digunakan untuk mengukur tingkat studi kelayakan suatu usaha. Ada beberapa rate of return yang dikenal, antara lain Internal Rate of Return (IRR), External Rate of Return (ERR) dan Explisit Reinvesment Rate of Return (ERRR). Dalam menganalisa kelayakan investasi proses yang sangat kecil kemungkinannya ada hubungan pihak luar perusahaan (misalnya: bank) dalam masalah pendanaan digunakan metode IRR. Metode IRR langsung mengambil perkiraan internal interest rate (i) dengan net cash flow yang umum atau memenuhi pada akhir umum proyek dan diinvestasikan kembali (dipinjamkan) diluar perusahaan. Umumnya semua cash outflow dihitung/dikonversikan ke periode 0 (awal proyek) juga pada bunga yang ditentukan (internal rate) sebesar i%. Sementara semua cash inflow dikonversikan ke periode n (akhir proyek) juga pada bunga sebesar i%. Selanjutnya dengan metode IRR akan ditentukan tingkat bunga (interest rate) di antara 2 jumlah equivalen dari cash outflow dan cash inflow yang memberikan tingkat bunga i% yang disebut sebagai IRR.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kapasitas UD. Kalirejo dengan Menggunakan Pisau Konvensional

Dalam proses produksi kerupuk di UD. Kalirejo, proses produksi yang paling lama dan membutuhkan banyak biaya adalah proses pemotongan dengan menggunakan pisau konvensional hal ini disebabkan karena adonan kerupuk yang setengah matang bersifat kenyal dan sulit dipotong tipis-tipis kecuali dengan menggunakan mesin slicer. Namun harga mesin slicer yang mahal sangat sulit untuk dijangkau oleh home industry kerupuk bawang. Berdasarkan waktu terlama maka output/hari UD. Kalirejo dengan menggunakan pisau konvensional adalah 60 kg per hari.

Peningkatan Kapasitas Produksi Kerupuk Bawang dengan Penggantian Sarana Produksi
Kapasitas pemotongan yang dimiliki alat pemotong krupuk diperoleh dengan memperhitungkan
putaran motor yang ada. Dengan menggunakan motor sebagai penggerak utama, maka akan diperoleh jumlah pemotongan dalam satu menit sebesar: 2 x 30 = 120 kali. Dalam satu jam diperoleh jumlah pemotongan sebesar: 60 x 60 = 3.600 kali. Jika dalam 1 kg kerupuk kering diasumsikan terdiri dari ± 200 potongan, maka kapasitas potong per jam adalah: (3.600/200) = 18 kg. Dengan menggunakan mesin potong yang baru maka kapasitas per hari UD. Kalirejo adalah 18 x 6 = 108 kg per hari. Jadi output kerupuk bawang dengan menggunakan pisau potong konvensional sebesar 60 Kg per hari dan output kerupuk bawang dengan menggunakan mesin potong kerupuk yang baru sebesar 100 Kg per hari karena kapasitas alat untuk memasak kerupuk hanya 100 Kg.

SIMPULAN
Berdasarkan aspek pasar, penggantian sarana produksi pada proses pemotongan di UD. Kalirejo dinilai layak karena dari data permintaan yang ada saat ini cenderung mengalami kenaikan yang signifikan. Berdasarkan aspek teknik, mesin potong kerupuk yang baru dinilai layak karena output yang dihasilkan dengan menggunakan mesin potong yang baru lebih besar dari output menggunakan pisau konvensional.

Senin, 24 November 2014

Perkembangan Teknologi dan Industri Otomotif di Indonesia


Teknologi otomotif berkembang sangat pesat. Dari waktu ke waktu selalu mengalami perkembangan dan perubahan yang signifikan. Misalnya saja pada sistem pengapian kendaraan, mulai dari penggunaan platina, CDI, dan ECU yang lebih pintar hingga mampu mendeteksi karakter pengguna dan menyesuaikan segala kondisi sehingga didapatkan performa maksimal.


Selain itu teknologi bahan bakar yang digunakan juga mengalami perkembangan. Beberpa tahun yang lalu telah diluncurkan mobil bermesin hybrid yang lebih irit bahan bakar dan lebih ramah lingkungan. Mobil bermesin hybrid ini menggunakan listrik sebagai penggeraknya. Saat ini sedang dikembangkan mobil bertenaga angina, kendaraan ini benar-benar tidak menghasilkan emisi. Mobil bergerak dengan eknomemanfaatkan propulsi udara yang dimampatkan.

Tak mau ketinggalan kendaraan bermesin diesel pun juga mengalami perkembangan yang pesat. Mulai dari teknologi mesin hingga bahan bakar yang digunakan. Bahan bakar kendaraan diesel yang relatif lebih boros membuat bahan bakar alternatif  biosolar menjadi pilihan. Bahan bakar fosil merupakan energi yang tidak dapat diperbarui dan  keberadaanya mulai berkurang. Apabila penggunaan tidak dikurangi maka lama kelamaan akan habis. Salah satu cara mengatasi masalah ini dengan menggunakan energi alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif pengganti solar. Tumbuhan jarak sebagai bahan dasar pembuatan biosolar.

Teknologi otomotif yang selalu berkembang pesat menjadikan industri di sektor ini  menjadi salah satu   
industi yang menjanjikan. Namun  perkembangan industri otomotif di Indonesia masih tertinggal dengan negara lain, misalnya Thailand. Pemerintah sebagai operator utama dalam industri harus memiliki konsep yang jelas dalam pentahapan kemandirian industri otomotif nasional. Apabila pemerintah dengan serius membentuk kemadirian pada sektor industri  ini bukan hal yang mustahil Indonesia menjadi negara otomotif yang maju.

Menurut data Kemenperin, pertumbuhan industri otomotif tahun ini akan melebihi pertumbuhan tahun lalu yang diperkirakan dari sisi produks, industri mobil akan tumbuh 9 persen. Salah satu indikator geliat industri otomotif adalah jumlah pekerja di pabrik mobil yang meningkat.  Industri otomotif tahun ini masih menarik dan potensial. Walaupun kondisi ekonomi internal dan eksternal masih belum pulih namun penjualan tetap  meningkat dari tahun lalu.


Sumber :

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Hosted Desktop