Di zaman modern sekarang ini
pengawet pada produk makanan maupun minuman merupakan hal yang umum digunakan
dalam industry kuliner. Produk yang serba praktis, tahan lama, dan tampilan
yang menarik menjadi factor pentingnya pengawet makanan. Namun tidak semua
pengawet makanan ini aman dikonsumsi, seperti pengawet yang mengandung bahan
kimia berbahaya bagi tubuh apabila dikonsumsi secara terus menerus.
Tuntutan
konsumen yang menginginkan kualitas produk yang praktis dan tahan lama membuat
pelaku industry kuliner menambahkan pengawet pada produknya. Tujuan pengawet
makanan ini adalah untuk memperpanjang daya simpan sebuah produk dengan cara
mencegah pertumbuhan mikroorganisme pembusuk.
Sebenarnya
pengawet makanan dapat diperoleh secara alami maupun sintesis. Pengawet alami
biasa diperoleh dari bahan makanan seperti bawang putih, gula, dan garam. Namun
pengawet alami tidak memiliki ketahanan yang cukup, maka dari itu berkembanglah
pengawet sintesis yang merupakan hasil pencampuran secara kimia.
Bahan
pengawet sintetis mempunyai sifat lebih stabil dan lebih pekat. Penggunaan
pengawet sintetis relative yang lebih sedikit tetapi memiliki daya tahan yang
lebih lama. Namun pengawet sintetis menimbulkan efek negatif bagi kesehatan,
seperti memicu pertumbuhan sel kanker akibat senyawa karsinogenik dalam
pengawet. Contoh dari pengawet sintetis adalah natrium benzoat, kalium sulfit
dan nitrit.
Dewasa ini sering kita jumpai para pelaku industri yang melakukan kecurangan menggunakan pengawet seperti boraks dan formalin. Hal ini sangatlah berbahaya bagi konsumen, karena seperti kita ketahui bahwa bahan-bahan kimia pengawet tersebut sejatinya bukan untuk digunakan pada makanan. Murah dan mudah didapatkan menjadi factor pendorong para produsen menggunakan bahan-bahan tersebut. Ironis banyak para produsen yang tidak mengetahui dampak dari pengguanan bahan pengawet non makanan.
Formalin adalah bahan kimia untuk perekat kayu lapis dan desinfektan yang kadang digunakan untuk mengawetkan tahu dan mie basah. Apabila dikonsumsi formalin bisa menimbulkan terikatnya DNA oleh protein Dalam sebuah penelitian, binatang percobaan yang mengisap formalin secara terus menerus terserang kanker dalam hidung dan tenggorokan.
Masyarakat yang mengkonsumsi makanan
mengandung formalin bisa menyebabkan gangguan persyarafan berupa susah tidur,
sensitif, mudah lupa, sulit berkonsentrasi, dan pada wanita akan menyebabkan
gangguan menstruasi dan kehamilan.
Ciri-ciri umum pada beberapa makanan
yang diduga mengandung formalin adalah tidak rusak sampai dua hingga lima hari
pada suhu kamar (25 derajat celcius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu
lemari es (10 derajat celcius). Selain itu bau makanan terasa agak menyengat
yakni bau khas formalin.
Sedangkan boraks atau sering disebut
bleng tidak aman untuk dikonsumsi sebagai makanan. Seringnya mengkonsumsi
makanan yang mengandung boraks akan menyebabkan gangguan otak, hati dan ginjal.
Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, merangsang sistem saraf pusat,
menimbulkan depresi, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan hingga
kematian.
Kita
sebagai konsumen sudah semestinya berhati-hati memilih makanan yang akan kita
konsumsi. Sebenarnya metode pengawetan makanan baik secara alami, buatan,
maupun fisika akan mempengaruhi kualitas gizi yang terkandung dalam makanan
tersebut, terutama vitamin dan mineral. Oleh karena itu, mengonsumsi bahan
pangan segar adalah cara terbaik untuk mendapatkan asupan nutrisi yang optimal.
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengawetan_makanan
0 komentar:
Posting Komentar